Sumber Google dan di muat di blog fiqih.
Bukan sekadar tipuan mata, aksi pertunjukan sulap sudah jauh berkembang begitu rupa, bahkan melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buang jauh-jauh pikiran Anda bahwa semua ini adalah gaib, ilmu hitam, atau sebangsanya. Sulap hanyalah semata-mata hiburan yang menggunakan trik (atau sebaliknya?)
Bisa jadi, Houdini—pesulap Amerika kelahiran Hongaria itu—sedang tidak bersikap serius saat mengucapkan kata-kata tadi. Atau, mungkin juga, pernyataan itu sesungguhnya adalah bagian dari aksi-aksi sulapnya yang selalu mengundang sensasi. Ya, siapa yang tahu.
Namun memang tidak bisa dipungkiri, aksi-aksi pertunjukan sulap dengan mata kepala sendiri seringkali berhasil menggelitik nalar. Tak terkecuali bagi mereka yang menyebut diri sebagai manusia rasional.
Bagaimana hendak menjelaskan, misalnya, aksi ilusionis David Copperfield saat menembus Tembok Besar Cina? Atau David Blaine yang bertahan hidup 44 hari di kotak kaca yang digantung di pusat Kota London. Dari negeri sendiri, Deddy Corbuzier sukses menebak judul berita halaman satu harian Kompas, jauh sebelum penerbitannya. Semua itu seperti tidak masuk akal, tapi kok nyata?
Kita bisa saja mencibir terhadap aksi para pesulap itu dengan berkata, “Ah, itu kan cuma tipuan mata saja. Semua ada triknya. Kita sebagai penonton cuma dibohongi.”
Benar. Dalam setiap aksi pertunjukan sulap, ada sejumput rahasia yang disembunyikan dari penonton. Tapi seiring perkembangan seni sulap, tidak seluruh ‘rahasia’ selalu berupa trik, dalam arti tipuan. Sulap yang awalnya banyak berupa silap mata, kini telah berkembang menjadi seni pertunjukan yang bersentuhan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sulap telah menjadi seni pertunjukan modern.
Bagi saya Keep Doing To Magic
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar
tolong tinggalkan komentar anda..!!!
NO SPAM oke...
begitu berartinya motivasi dan perkataan anda untuk blog ini...